Pages

Senin, 25 Januari 2010

jejak masa lalu

Kesempitan yang dirasakan manusia, tidak hanya dalam deraan ujian yang melanda. Tetapi terkadang, niat baik untuk melakukan perubahan yang lebih berarti juga mengalaminya.
Saat Allah membuka mata hati manusia yang telah tersilaf oleh dosa dan lupa, terbentanglah jalan-jalan menuju kebaikan dan kebenaran. Perjalanan menuju ke arah sana sebenarnya tinggal selangkah lagi, tetapi apakah yang menghalangi mereka? Musuh-musuh mereka, para penolong syetan yang tidak mengharapkan kebaikan atas merekalah salah satu penyebabnya. Selain dengan meniupkan keragu-raguan tidak diterimanya taubat, juga dengan menghadirkan kebencian di hati teman-teman mereka sehingga menimbulkan ketakutan terbukanya aib di masa jahiliyah.
Perasaan bimbang, ragu ataupun takut ini adalah wajar adanya, bahkan pernah pula menimpa jiwa orang-orang terdahulu dari kalangan sahabat Rasulullah.
Imam muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa sekelompok orang dari kalangan musyrik mendatangi Muhammad. Mereka berkata, “Engkaukah yang berkata dan menyeru kepada kebajikan?. Beritahukanlah kepada kami, apakah yang telah kami perbuat dimasa lalu mendapatkan kaffarat?” Kemudian turunlah firman Allah, “Dan orang-orang yang tidak menyembah Rob yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia akan mendapatkan (pembalasan) dosanya. Yakni akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shaleh maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS.Al-Furqan: 68-70).
Di ayat yang terakhir diatas, “…maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.” dijelaskan keutamaan Allah yang agung yang diberikan kepada kita. Para ulama mengatakan bahwa penggantian ini ada dua macam.
Pertama, mengganti sifat-sifat jahat dengan sifat-sifat yang baik. Seperti mengganti kesyirikan dengan keimanan, zina dengan iffah dan kesucian dari perbuatan tercela, dusta dengan kejujuran, khianat dengan amanah dan sebagainya.
Kedua, mengganti kejahatan yang mereka lakukan dulu dengan kebajikan di hari kiamat. Dalam ayat tersebut diatas, tidak dikatakan kedudukan antara kejahatan dan kebajikan. Bisa saja ia lebih kecil, sama atau lebih banyak dalam jumlah atau macamnya. Itu semua disesuaikan dengan kejujuran orang yang bertaubat dan kesempurnaan taubatnya.

Telah jelas kemulian yang Allah berikan bagi mereka yang mau bertaubat, karenanya tidak ada pilihan terbaik selain berjuang melawan wali-wali syetan. Sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah. Tidak berapa lama tipuan-tipuan ini pasti akan bercerai berai dan jatuh berurutan di hadapan kesabaran dan kekokohan seorang mukmin. Merugilah kita, sekiranya hanya mampu tunduk dan menuruti kemauan mereka. Katakanlah, “Cukuplah Allah sebagai penolong dan penjagaku.” Rasulullah jika takut pada suatu kaum, beliau berdo’a, “Ya Allah, sesungguhnya kami menjadikan-Mu Yang Mampu menghadapi mereka. Dan kami berlindung dari kejahatan mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Shahihul Jami’:4582).

Tersebutlah kisah sahabat yang mulia, Murtsid bin Abu Murtsid Al Ghanawi, seorang pejuang yang menyelundupkan orang-orang muslim yang lemah dari Makkah ke Madinah. Ada seorang wanita pelacur di Makkah yang bernama ‘Inaq. Ada sebuah urusan yang mempertemukan mereka. “Maka saya pergi hingga sampai di bawah naungan sebuah tembok dari tembok-tembok Makkah di malam terang bulan. ‘Inaq datang dan melihat kehitaman bayang-bayangku disamping tembok. Ketika tiba di mukaku, ia menghampiriku.
‘Murtsid?,’ katanya.
‘Betul saya Murtsid,’jawabku.
‘Selamat datang. Mari bermalam di rumahku malam ini.’
‘Wahai ‘Inaq, Allah mengharamkan perzinahan.’ Wanita itupun berkata, ‘Wahai penghuni kemah, orang ini membawa tawanan-tawanan kalian.’
Delapan orang mengikutiku. Saya berjalan melintasi al khandamah hingga tiba di sebuah gua. Saya masuk, begitu pula dengan mereka. Dan Allah menyamarkanku dari mereka.
Setibanya di madinah tersebarlah berita itu, kemudian saya menemui Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, haruskah saya mengawini ‘Inaq?’ tanyaku dua kali. Rasulullah diam hingga turunlah firman Allah, ’Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki yang musyrik’.” (QS.An-nur:3)
Begitulah pembelaan Allah bagi orang-orang yang beriman dan juga orang-orang yang berbuat ihsan. Dia tidak akan menelantarkan dan meninggalkan mereka. Sungguh, sesudah kesukaran ada kemudahan, sesudah kesempitan ada kelapangan.

Dalam sebuah risalahnya, Syeikh Muhammad Shaleh Al Munajid berwasiat bahwa,
Hendaknya kita janganlah khawatir terhadap kemungkinan-kemungkinan paling buruk yang akan terjadi, ataupun terungkapnya keburukan dimasa yang lalu. Dan bila masalahnya perlu penjelasan maka jelaskan dan terangkanlah pada mereka. Katakanlah, “Saya telah berbuat dosa, lalu saya bertaubat kepada Allah. Apa yang kalian inginkan?”
Kami juga ingin mengingatkan kepada semuanya bahwa membuka kejelekan dan kesalahan yang sebenarnya adalah nanti dihadapan Allah di hari akhirat. bukan dihadapan seratus,dua ratus maupun seribu, dua ribu orang, akan tetapi di hadapan kepala saksi, di hadapan makhluk semuanya baik malaikat, jin dan manusia.

“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan . (Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”(QS.Asy-Syuara:87-89)

“Ya Allah, tutuplah aib-aib kami dan tenangkanlah kegoncangan perasaan kami. Ya Allah, jadikanlah penuntutan balas kami atas orang yang mendzalimi kami, dan tolonglah kami atas orang yang menganiaya kami. Ya Allah, jangan sampai musuh-musuh kami dan orang-orang yang iri bergembira atas bencana yang menimpa kami.”

Sumber : majalah swaraquran

0 komentar:

Posting Komentar