Pages

Senin, 25 Januari 2010

suamiku yang merokok telah sadar

Dahulu di antara persetujuan saya untuk menikah di masa datang adalah hendaknya calon suami tidak merokok, akan tetapi atas kehendak Allah ,seorang pemuda dari keluarga yang baik datang mengajukan permohonan kepada kami. Ia seorang pemuda yang menjaga shalat, dan istiqamah, maka saya pun menyetujui untuk dinikahinya.
Setelah akad ijab kabul usai saya baru tahu bahwa dia ternyata merokok. Sungguh saya sangat terpukul sekali...akan tetapi inilah nasibku, akad telah terjadi malam pengantin telah mendekati dan orang-orang telah mengetahui pernikahan ini...
Saya berpikir keras, "Apa yang harus saya lakukan terhadapnya? Kemudian aku keluar setelah berpikir dengan semangat kuat bahwa saya harus membuatnya meninggalkan musibah ini!
Saya berdiri mengerjakan shalat dua rakaat kemudian saya memohon kepada Allah dengan penuh harap agar Dia membukakan untuk saya cara yang terbaik terhadapnya dan agar Dia memberikan hidayah kepada suamiku tersebut supaya dia dapat meninggalkan dan menjauhkan dari hatinya dan dengan rahmat-Nya aku memohon bantuan-Nya terhadap saya dan tugas ini.
Di malam pengantin, setelah kami pergi ke apartemen kami, saya keluar masuk ruang demi ruang, kemudian saya dapatkan sebuah asbak rokok dan beberapa sisa puntung rokok, kemudian saya menoleh kepadanya, " Apa ini? Ada rokok di rumahku? Setelah hari ini saya tidak mau menemanimu bersama dengan orang-orang yang merokok kemudian masuk ke rumahku. Saya tidak menuduhnya merokok dan saya sengaja tidak menampakkan ketahuan saya tentang hal itu. Kemudian saya mengambil asbak dan saya lempar ke dalam bak sampah, kemudian dia berjanji memenuhi permintaan saya. Di pagi hari saya mengambil asbak dan korek, kemudian saya sembunyikan di dalam mobil, ketika dia mencium bau rokok dia kemudian turun dari mobil karena –katanya- ada perlu. Ketika selesai di balik dengan bau yang tidak enak karena bau rokok, tapi saya tidak memperdulikan segala sesuatu yang saya lihat maupun saya cium dari pakaiannya. Tapi saya tidak memungkiri adanya bau dari pakaiannya, maka saya ambil pakaiannya kemudian saya jauhkan dia dari yang lain dan saya tidak akan memberikan ampunan bau itu menempel pada badannya meskipun sedetik. Dan saya mendoakan orang-orang yang merokok supaya mendapatkan hidayah.
Dan seperti inilah yang berlaku setiap kali, setiap kali mata saya tertambat pada beberapa puntung rokok yang ada di dalam mobil atau mencium bau rokok, maka dia kemudian minta maaf kepada saya bahwa dia bersama si A dan si B... dan berlakulah keadaan seperti ini sampai beberapa masa, hingga akhirnya ia memutus untuk tidak merokok sedikit demi sedikit hingga akhirnya sekarang dia benar-benar tidak merokok.
Beberapa kerabatnya ada yang heran bagaimana dia bisa tidak merokok lagi, maka mereka menanyai saya, " Apa yang telah engkau lakukan padanya?" Tapi saya tetap memungkiri bahwa saya tidak mengetahui kalau dia itu perokok, kemudian saya berkata, " Mungkin saja dia telah bertaubat."
Untuk kita renungkan
Pengalaman ini ada beberapa manfaatnya:
Tatkala seorang istri mengetahui sebuah perkara yang buruk yang ada pada sang suami seperti merokok, sementara sang suami tidak mengetahui bahwa istrinya tersebut tahu kalau dia merokok dan bahkan di akhirnya dia tetap tidak memberi tahu kepengetahuannya tersebut kepada suami, maka suami berusaha menyembunyikan rokok tersebut darinya.
Metode berpura-pura seperti ini sangat berpengaruh sekali dalam menyembuhkan berbagai persoalan, dan kesalahan suami atau orang lain. Karena demikian ini adalah jalan secara tidak langsung yang tidak akan menyakitkan siapa pun juga. Juga dapat menjadikan suami bersemangat untuk meninggalkannya hingga bentuk kelakuannya di hadapan istri seakan tidak ada yang berubah.
Sedangkan istri yang selalu membuka aib suami di depannya langsung atau memberi tahu bahwa dia telah mengetahui kesalahannya dan berkeyakinan bahwa diamnya dia kepada suami yang malah akan memberikan semangat untuk bermunafik, bisa dikatakan bahwa dia bersalah dalam hal ini. Karena metode ini malah akan memberikan semangat kepada suami untuk berterang-terangan dengan kemaksiatan di depannya tanpa malu atau tanpa menjaga perasaan istri. Maka musibahnya dalam keadaan ini malah menjadi dua.
2 Harusnya tidak ada kata maaf atau mendiamkan apapun bentuk kemungkaran, meskipun berulang kali dilakukan oleh suami, maka saudari kita ini berusaha mengingkari atau tidak menyetujui bau rokok setiap kali dia menciumnya baik di rumah ataupun di mobil. Karena kalau diam malah akan memberikan semangat kepada suami untuk berterusan dalam melakukan dan menjadikannya berkeyakinan bahwa Anda telah menyerah dan rela dengan kejadian seperti itu. Berbeda jika kita selalu tidak menyukai maka dia akan mengepung kemungkaran hingga menyempit kemudian menghalanginya.
3. Menyempurnakan dan memaksimalkan hal yang ma'ruf adalah sebuah kelembutan dari kisah ini, di mana ini tidak mencela suami setelah dia mendapatkan hidayah atau memberi tahunya bahwa sebenarnya istri telah mengetahuinya atau mengatakan bahwa dialah sumber penyebab datangnya hidayah dan juga tidak memberi tahu orang lain bahkan istri berkata kepada mereka tatkala mereka diam-diam menanyainya dengan berkata, "mungkin dia sudah bertaubat."
4. Menghapuskan sebuah kemungkaran (baca:ujian) bukan dengan menutup mata atau mengasarinya akan tetapi dengan tahapan-tahapan, yang mana perkara ini meminta kesabaran yang besar dan tanpa putus asa dan hendaknya diberikan kabar gembira kepada orang yang sabar dengan kebersamaan Allah ta'ala, dan siapa saja yang Allah bersamanya maka Dia akan memberikan taufik kepadanya, dan akan menutup kekurangannya, mengokohkan langkahnya, mengkhususkannya, dan memberikan permintaannya, berfirman Allah:
﴿إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ﴾
"Sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang bersabar."
Orang yang bersabar akan mendapatkan pahala yang tiada batas dan tiada akhir berbeda dengan amal-amal shalih yang lain yang pahalanya berukuran dengan amalannya. Adapun orang yang sabar maka pahalanya tiada batas, berfirman Allah ta'ala:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ [الزمر: من الآية10]
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar:10)
tidakkah cukup kabar gembira ini mendorong para wanita untuk bersabar dengan sebaik-baiknya terhadap apa yang dia dapatkan dari penderitaan bersama suaminya, yang gantinya adalah pahala-pahala dari tangan Yang Maha Mulia lagi Murah Hati yang tiada batas dan akhir?! Dari buku: Kaifa Tu’tsirin ‘ala Zaujiki @ Abu Mujahid

sumber : majalah swaraquran

0 komentar:

Posting Komentar