Pages

Rabu, 20 Januari 2010

Surat Kepada Yang Terkena Musibah

Surat Kepada Yang Terkena Musibah

Oleh: Mahmud al-Mishriy, Anggota Rabithatul I’jazil ‘Ilmiy

Sesungguhnya Allah I telah menciptakan dunia dan menjadikannya sebagai negeri persinggahan, bukan negeri bertempat tinggal. Allah meliputi dunia ini dengan ujian-ujian dan cobaan-cobaan, Dia penuhi dengan musibah-musibah dan fitnah-fitnah… itu semua adalah untuk sebuah hikmah yang Dia sebutkan dalam firman-Nya:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,”(QS. Al-Mulk: 2)

Maka dunia adalah negeri tempat taklif (perintah dan larangan), serta negeri beramal, dan bukanlah negeri bersenang-senang serta berangan-angan. Namun sekalipun demikian, masih banyak di antara kaum muslimin yang lalai dari kenyataan tersebut.

Jika musibah dan bencana datang (sementara dunia tidak akan pernah sepi darinya), anda akan melihat banyak manusia tercengang bahkan marah terhadap taqdir Allah I. Hal ini karena keimanan mereka baik secara umum maupun secara khusus yaitu keimanan terhadap qadha dan qadar yang iman ini merupakan satu pokok dari pokok-pokok keimanan, masih belum kokoh.

Siapa yang memperhatikan kondisi para makhluq, maka dia akan mengetahui dengan ilmu yakin bahwa tidak ada seorangpun dari para makhluk kecuali baginya ada bagian dari sakitnya dunia dan kesedihannya. Sebagaimana perkataan ‘Abdullah bin Mas’ud:

لِكُلِّ فَرْحَةٍ تَرْحَةٌ، وَمَا مُلِئَ بَيْتٌ فَرَحاً إِلاَّ وَمُلِئَ تَرَحاً

“Bagi setiap kebahagiaan ada kesedihan, dan tidaklah suatu rumah dipenuhi oleh kebahagiaan kecuali dia juga dipenuhi oleh kesedihan.”

Seorang mukminlah yang mengetahui bahwa dia adalah seorang musafir menuju Allah I. Dia tahu bahwa segala sesuatu yang merupakan bagian dari dunia akan dia tinggalkan, tidak bisa tidak. Apakah dengan kefakiran, atau dengan kematian. Sebagaimana firman Allah I:

وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ وَمَا نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ لَقَدْ تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَا كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ

“Dan Sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa’at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).” (QS. Al-An’am: 94)

Bahkan seorang mukmin mengetahui bahwa dunia adalah tempat bercocok tanam untuk akhirat, dia tahu bahwa apa yang dia tanam disini, dia akan memanennya nanti disana (diakhirat).

Disaat seorang mukmin sampai pada kenyataan tersebut, dan dia yakin bahwa dia akan berdiri dihadapan Allah I pada satu hari yang ukurannya adalah 50 ribu tahun, maka sesungguhnya dunia, jika dia berada diahadapannya pastilah dia akan ayunkan kedua kakinya dengan penuh harap satu waktu saja yang didalamnya dia bermunajat kepada Rabb-Nya agar Allah I menuliskan keselamatan untuknya dari api neraka yang telah dinyalakan oleh Allah I selama seribu tahun hingga menjadi putih, lalu seribu tahun hingga memerah, kemudian seribu tahun hingga menghitam. Dan neraka sekarang sudah menjadi hitam pekat. Maka seorang mukmin mengetahui bahwa segenap kenikmatan selain sorga adalah fatamorgana, dan segala adzab (siksa) selain api neraka adalah keselamatan.

Disinilah, seluruh musibah menjadi ringan atas seorang mukmin. Bahkan dia, saat dia berdiri diatas kebaikan yang Allah simpan untuk orang-orang yang bersabar atas bala`, yang ridha dengan qadha (ketentuan) Allah I, dia akan berharap, bahkan berangan-angan untuk mendapatkan bala` agar mendapatkan pahala besar dari al-Wahhab (Dzat Yang Maha Pemurah) lagi Maha Mulia.

Rasulullah r bersabda:

« يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِيْنَ يُعْطىَ أَهْلُ الْبَلاَءِ الثَّوَابَ لَوْ أَنََّ جُلُوْدَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فيِ الدُّنْيَا بِالْمَقَارِيْضِ »

“Orang-orang yang tidak pernah terkena musibah (di dunia) pada hari kiamat berharap saat orang-orang yang dulu di dunia diberikan musibah diberi pahala seandainya dulu kulitnya digunting di dunia dengan gunting-gunting.” (Shahihul Jami’ (8177))

Rasulullah r bersabda:

« عَجَباً لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاؤُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ »

“Sungguh mengagumkan perkaranya orang mukmin itu, sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik untuknya, jika dia terkena kebahagiaan, maka dia bersyukur, maka itu adalah sebuah kebaikan untuknya. Dan jika dia tertimpa kesengsaraan, maka dia bersabar, maka itu menjadi kebaikan untuknya.” (HR. Muslim)

Dari Anas t, dia berkata, aku mendengar Rasulullah r bersabda:

« إِنَّ اللَّهَ قَالَ إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِى بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ »

“Sesungguhnya Allah I berfirman: “Jika aku menguji hamba-Ku dengan kedua belah matanya, kemudian dia bersabar, maka aku akan mengganti dari keduanya dengan sorga.” (HR. al-Bukhari)

Rasulullah r bersabda:

« مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ »

“Siapa yang Allah berkehendak baik kepadanya maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR. al-Bukhari)

Rasulullah r bersabda:

« إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا، وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتىَّ يُوَافَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ »

“Jika Allah I menghendaki kebaikan kepada seorang hamba-Nya, maka Allah segerakan hukuman di dunia, dan jika Allah menghendaki keburukan terhadap seorang hamba-Nya, maka Allah tahan (hukuman) terhadapnya dengan dosanya, hingga akan disempurnakan (diberikan secara penuh hukuman) terhadapnya nanti pada hari kiamat.” (Shahihul Jami’ (308))

Nabi r bersabda:

« إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالىَ إِذَا أَحَبَّ قَوْماً ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ »

“Sesungguhnya besarnya balasan beserta dengan besarnya bala` (bencana), dan sesungguhnya Allah I, jika Dia mencintai suatu kaum, maka Dia menguji mereka, barangsiapa ridha (dengan bala` tersebut) baginya ridha (Allah), dan siapa murka (dengan bala` tersebut) baginya kemurkaan (Allah).” (Shahihul Jami’ (2110))

Nabi r bersabda:

« مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتىَّ يَلْقَى اللهُ تَعَالىَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ »

“Tidak henti-hentinya bala` menimpa seorang mukmin dan mukminah pada jiwanya, anaknya, dan hartanya, hingga dia menemui Allah I dalam keadaan tidak ada kesalahan pada dirinya.” (Shahihul Jami’ (5815))

Bahkan, sesungguhnya kesabaran diatas bala` akan menjadikan anda naik pada derajat-derajat soraga yang lebih tinggi.

Rasulullah r bersabda:

« إِنَّ الرَّجُلَ لَيَكُوْنُ لَهُ الْمَنْزِلَةُ عِنْدَ اللهِ فَمَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ ، فَلاَ يَزَالُ اللهُ يَبْتَلِيْهِ بِمَا يَكْرَهُ حَتَّى يُبَلِّغُهُ إِيَّاهَا »

“Sesungguhnya ada seseorang yang benar-benar dia memiliki kedudukan disisi Allah I, dimana dia tidak sampai pada kedudukan itu dengan satu amalpun, tidak henti-hentinya Allah I memberikan bala` kepadanya dengan apa yang dia benci hingga Allah sampaikan kedudukan itu untuknya.” (Shahihul Jami’ (1526))

Bahkan renungkanlah sabda Nabi r:

« إِذَا أَصَابَ أَحَدَكُمْ مُصِيْبَةٌ، فَلْيَذْكُرْ مَصَابَهُ بِيْ، فَإِنَّهَا مِنْ أَعْظَمِ الْمَصَائِبَ »

“Jika suatu musibah menimpa kalian, maka hendaknya dia mengingat musibah tersebut dengan (kematian)ku, dikarenakan itu adalah musibah yang terbesar.” (Shahihul Jami’ (347))

Ya, demi Allah, wahai saudaraku, musibah apapun di muka bumi, betapapun besarnya, tidak akan menyamai musibah kita dengan kematian Rasulullah r. Dengan kematian beliau r, terputuslah wahyu dari langit, terjadilah banyak fitnah, menjauhlah manusia setelah beliau r, dari syariat Allah U, maka musibah manakah yang lebih besar dari ini?!

Saudaraku yang tercinta, saudariku yang mulia, sesungguhnya kalimat-kalimat ini adalah sebuah ajakan untuk iman terhadap ketentuan dan taqdir Allah yang merupakan pokok dari pokok-pokok keimanan.

Terakhir, sesungguhnya aku hadiahkan kepada anda sekalian sebuah sabda Nabi r:

« لَوْ أَنَّ اللهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ، وَلَوْ رَحِمَهُمْ لَكَانَتْ رَحْمَتُهُ لَهُمْ خَيْراً مِنْ أَعْمَالِهِمْ، وَلَوْ أَنْفَقَتَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَباً فِيْ سَبِيْلِ اللهِ مَا قَبِلَهُ اللهُ مِنْكَ حَتىَّ تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ، فَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيْبَكَ، وَلَوْ مُتَّ عَلىَ غَيْرَ هَذَا لَدَخَلْتَ النَّارَ »

“Seandainya Allah I mengadzab penhuni langit dan bumi-Nya, maka pasti Dia mengaadzab mereka sementara Dia tidak berlaku dzalim kepada mereka, dan seandainya Dia merahmati mereka, maka pastilah rahmat-Nya lebih baik dari amal-amal mereka. Seandainya engkau nafkahkan emas semisal gunung Uhud, maka Allah tidak akan menerimanya hingga engkau iman dengan takdir, hingga engkau mengetahui bahwa apa yang (akan) menimpamu tidak akan mungkin salah (dari)mu, dan apa yang salah dari(darimu) tidak akan mungkin menimpamu, seandainya engkau mati tidak diatas keyakinan ini, maka pastilah kamu masuk kedalam neraka.” (Shahihul Jami’ (5244)) (AR)

* Majalah Qiblati Edisi 11 Volume 4

sumber : http://id.qiblati.com/artikel/tarbiyah/id/50

0 komentar:

Posting Komentar